Sore di minggu yang Tuhan karuniai berkah atas hari yang
cerah, langit yang biru, dengan volume kendaraan yang berkurang intensitas nya.
'Karena Jakarta sedang datang masa rehat dari aktivitas terbising nya, yaitu hari
kerja!
Para pekerja terbangun dari mati panjang terjadwal, tujuh hari
seminggu, delapan jam sehari. 'meski tidak semua setidaknya hari ini adalah hari
keluarga bagi yang merayakannya, hari para pemuda dan pemudi yang ingin rehat
dari rutinitas.
Dan hari ini lah sejarah baru ku torehkan, sejarah panjang
perjalanan hidupku, sebagai bagian dari parade para pekerja dan penugasan nya. dimana saya bisa saja menyambangi seluruh nusantara “ Bumi Indonesia”
Sore ini mimpiku tentang kedai kopi terealisasi… “Puja dan
puji atas segala kemudahan yang Allah Swt berikan "mimpi sederhana, mimpi kecil,
dari besar dan begitu banyak nya ide-ide yang ada di kepala ini. "mimpi kecil yang akan
memabawa ku kembali kepada semangat merealisasikan semua yang
berkaitan dengan gagasan – gagasan kewirausahaan, sebagai jalan atas harapan menjadi manusia
yang bisa selalu bermanfaat untuk orang lain.
Sepulang dari perantauan nun jauh di bumi serambi sana ( NAD
), kepulangan yang juga membawa begitu banyak air mata duka (Sepeninggalan Ayahanda tercinta) dan pelajaran hidup
yang akan ku jadikan pelajaran berharga, sekaligus secara alamiah akan
tersimpan di dalam kepala.
“MAT KOPI”, yah nama nya “Mat kopi. "Adalah kedai kopi tradisional
dimana semua manusia punya hak yang sama ketika menyesap seseduhan dengan rasa persahabatan. "heheee.. "persahabatan..?? yaa persahabatan! karena memang kali pertama saya memulai.. dengan sendirinya saya pun berikrar. saya akan sangat bertoleransi dengan lidah dan rasa terbiasa mereka. dengan tidak berusaha keras menyuguhkan Kopi versi saya ke semua yang datang "hahahaa..
biarkan mereka menikmati Uporia kegembiraan lidah dan kerongkongan atas biji-biji kopi robusta yang mereka sesap. menggantikan kopi saset sebagai stimulan pembangkit selera peperangan dengan semrawutnya kota jakarta.
dan wadah-wadah penyimpan biji kopi Arabica cukuplah saya dan beberapa kawan yang menikmati. namun perlahan edukasi yang tak kenal henti ini akan membawa mereka pada seseduhan istimewa kami.
Jam satu siang, usai adzan Zuhur berkumandang di surau,
para muazin masjid atau piranti audio yang memutar rekaman Adzan lengkap. suara juga gema
nya menyesap kedalam telinga-telinga manusia, yang sedang bertebaran bahkan
yang sedang bersantai dengan prima, termasuk yang sedang memulihkan tenaga usai
mejibaku dengan pekerjaan. Usai sholat Zuhur kaki ini mulai menyegerakan langkah-langkah
cepat dengan rasa gembira, bersemangat. ‘Meluncur menuju kedai.
Setelah sebelum nya menerima BBM singkat dari seorang
sahabat, “Sandi Harwiguna” ….dalam pesan singkatnya yang menggembirakan, ia
mengabarkan bahwa Bubur Sop resep keluarganya, telah siap meramaikan Seduh
Perdana nya MAT KOPI. Yaitu Hari pertama Kedai Mat Kopi
buka….. “Alhamdulillah….. segala puji bagi Allah.
Kami (aku beberapa anggota keluarga juga teman-teman
dekatku), di hari-hari sebelumnya sudah menebar kabar melalui BBM, SMS dan Social
media lainnya yang bisa kami manfaatkan. Juga tidak lupa menitip sapa dan
dukungan teman-teman lainya, agar bisa membawa lebih banyak kawan-berkawan
lainya. “Bukan hanya itu. Sore ini semua menu di Mat Kopi dapat “special price”
..potongan setengah harga. “hayooO senyum semuaaa….. kopi Nikamat, terjangkau
dan dapat potongan harga pula.
…Baiklah, rasanya menikmati
secangkir kopi sungguhan di kedai Mat Kopi rasanya akan jauh lebih indah dan
bahagia ketimbang mendengarkan cerita tentang ceremonial seduh perdananya. Jadi
siapapun yang masih tertarik melanjutkan cerita tentang apa yang terjadi di hari
pertama saya menjadi barista tanpa sertifikat dan pengalaman panjang, baik nya kita
berjumpa saja secara nyata, ber ramah-tamah, atau mendiskusikan
apapun juga. di kedai mat Kopi. “Kita akan banyak Ngobrol nanti disana..
hahahaaa.
|
Mat Kopi - Mat Imam |
Ada cerita yang menurut saya lebih punya makna yang lebih
seru ketika kita semua mau merenungkan dan mengambil kebaikan yang ada di tiap
penggalan laku, dan liku cerita tersebut. Cerita yang mendasari mengapa kopi
sampai saat ini masih mesra berdampingan dengan saya. dengan segala satir dan
seringai tawa di dalamnya. ( Jadi tunggu Cerita lengkap nya yah. "heheh )